Ceritaku Selama Masa Pandemi Corona | Antara Kebaikan, Ramadan, dan Covid-19

Gambar: Darma Anggar Puteri (Penulis)

Haloo teman-teman, bagaimana kabar kalian selama Ramadan kali ini? Semoga baik-baik saja ya. Ramadan tahun ini memang cukup berat, terutama bagi negeri kita ini, Indonesia. Musibah yang datang bukan main-main. Kini Indonesia sedang dilanda Covid-19, virus yang merupakan turunan dari coronavirus ini menyita perhatian jutaan pasang mata warga Indonesia. Bagaimana tidak? Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti minggu, hingga akhirnya minggu berganti bulan kian banyak kasus penyebaran Covid-19 di Indonesia. Kejahatan Covid-19 sangat mengancam jiwa setiap manusia.

Sendu memang, jika kita menjalani ibadah puasa di tengah pandemi Covid-19 ini. Rasa khawatir tiada hentinya merasuk pikiran, mengguncang perasaan, dan menyita begitu banyak tenaga. Jika tahun sebelumnya aku masih bisa keluar rumah untuk ngabuburit, sekarang cukup berada di rumah saja. Apakah sama dengan apa yang teman-teman rasakan? Namun, aku memaknai musibah ini sebagai suatu jalan dari Allah untuk meningkatkan kuantitas serta kualitas ibadahku di rumah. Kehangatan bulan suci Ramadan masih begitu dalam aku rasakan, meski aku tahu sekali melangkah keluar dari rumah, ada jutaan ancaman dari Covid-19. Melihat semakin banyak korban berjatuhan, membuat hati ini merasa iba, dan takut akan kematian. Akupun tak ingin hanyut dalam suasana yang sendu itu, seakan ada tarikan untuk aku berlomba-lomba memupuk kebaikan selama bulan suci ini. Inilah ceritaku, antara aku, kebaikan, Ramadan, serta Covid-19 yang menghantuiku.

Lulus di tengah pandemi Covid-19 plus di bulan Ramadan

Gambar: Kelulusan di Tengah Pandemi Covid-19

Semua berawal dari rasa manis yang aku rasakan di awal Ramadan. Aku berhasil menyandang status Sarjana dari kampus tercintaku. Berat memang perjuanganku selama ini. Jeritan hatiku tiada henti bersuara, tangisan tiap malam yang mengalir deras, membayangkan betapa beratnya aku menyelesaikan skripsi itu. Sempat berkali-kali putus asa, seakan tak ingin berjuang lagi untuk menyelesaikan skripsi itu. Titik terang aku dapatkan di bulan Februari, akhirnya aku berada di tahap akhir dalam penyelesaian skripsi. Namun rasa malas yang tak bisa aku bendung, membawaku untuk terus mengulur pengerjaan skripsi itu. Hingga akhirnya aku mendapati kabar bahwa perkuliahan akan segera diberhentikan, kampus akan segera ditutup, dan kota tempatku belajar akan segera lockdown. Runtuh seketika mimpi yang aku bangun untuk bisa lulus secepatnya. Artinya, aku harus menyelesaikan skripsi dengan cara yang berbeda, yakni secara online dari rumah. Mau tidak mau aku harus mengikuti peraturan itu. Bimbingan secara online memang cukup memancing emosi karena prosesnya yang sangat lama. Namun, aku masih tetaplah Darma yang tidak akan berhenti berjuang hingga mimpiku tercapai. Kebaikan yang aku rasakan di masa ini adalah belajar untuk bersabar, serta tak mudah putus asa. Selain itu, berjuang keras menuntut ilmu karena ilmu adalah salah satu amal ibadah yang kelak bisa kita tuai di akhirat yakni dengan dimilikinya ilmu yang bermanfaat. Singkat cerita, Allah mengijinkanku untuk melaksanakan sidang skripsi di tengah pandemi Covid-19 dan di bulan yang penuh berkah ini, bulan suci Ramadan.

Meningkatkan keimanan selama bulan Ramadan


Gambar: Tadarus

Kebaikan bukan melulu memberikan suatu materi, namun satu hal kebaikan untuk diri sendiri adalah memperbanyak ibadah. Tadarus aku lakukan bersama Ibu dan dua adikku selama #dirumahaja. Seakan menjadi target untukku dan keluarga dalam mengkhatamkan menyelesaikan membaca Al Quran. Oh iya, hal yang menjadi ciri khas saat bulan Ramadan tentunya adalah salat tarawih. Namun melihat kekejaman Covid-19 yang mengincar manusia menjadikan aku khawatir untuk keluar rumah. Satu langkah keluar rumah artinya harus siap berperang dengan jutaan virus mematikan itu. Caraku melaksanakan salat tarawih yakni dengan mengikuti protokol mengenai kesehatan dari pemerintah Indonesia. Itu aku lakukan untuk memutus mata rantai Covid-19. Salat tarawih terasa sangat berkesan kala aku melaksanakannya berjamaah dengan keluargaku. Satu lagi, pandangan hidupku yang hingga kini aku terapkan yakni "Bekerja seakan aku hidup selamanya, dan beramal untuk akhiratku seakan aku mati esok." Selama pandemi dan bulan Ramadan ini, aku masih terus berusaha menggapai mimpiku, dan tentunya diimbangi dengan memperbanyak ibadah. Bagaimana dengan kalian teman-teman?

Produktif meskipun Ramadan #dirumahaja


Gambar: Hidangan Berbuka Puasa

Oh ya, selama beberapa bulan di rumah saja kalian menghabiskan waktu dengan apa teman-teman? Nah, kalau aku salah satunya dengan memasak dan menyiapkan makanan untuk berbuka puasa.  Satu kebaikan lagi di bulan Ramadan. Teman-teman tahu tidak, ada pahala yang besar jika kita memberi makanan berbuka untuk orang yang berpuasa? Nah, sebelum bulan Ramadan ini habis, yuk kita sama-sama mencari pahala-Nya. Di gambar itu, menu buka puasaku yang sederhana bersama keluarga. Meskipun belum 4 sehat 5 sempurna, tapi aku sangat bersyukur masih bisa merasakan berbuka puasa sedemikian rupa. Bulan Ramadan benar-benar mengajarkanku bersyukur dengan apa yang aku punya saat ini, karena semua hanya titipan Allah. Ada satu menu yang selalu menjadi prioritasku saat masa pandemi ini. Ya, wedang jahe. Minuman hangat dari jahe yang ditumbuk menjadi penambah daya tahan tubuhku selama pandemi Covid-19. Aku sebagai manusia harus berjuang untuk selalu sehat di tengah pandemi penyakit ini. Selagi berusaha, aku terus berdoa untuk selalu dapat perlindungan dari Allah. Semoga Indonesia cepat terbebas dari penyakit berbahaya ini.

Tidak ikut menyebarkan berita hoax

Gambar: Imbauan stop sebar hoax

Satu kebaikan lagi yang bisa dilakukan selama masa pandemi Covid-19, yaitu stop menyebarkan berita hoax. Hal itu memang sangat mudah dilakukan namun kebaikan itu dapat menyelamatkan ribuan manusia agar tidak termakan berita palsu. Di tengah pandemi ini banyak sekali berita yang mengabarkan mengenai Covid-19 namun tidak semua berita tersebut valid. Alangkah lebih indah bila kita saling menyelamatkan sesama agar tidak terjerumus ke dalam berita hoax. Adanya berita hoax dapat mengacaukan pemikiran banyak orang, membuat rasa khawatir meningkat. Berita hoax seringkali menggiring opini pembaca untuk berpikir yang tidak-tidak mengenai Covid-19. Itu sangat berbahaya bagi kesehatan, mari mulai kebaikan selama masa pandemi dan bulan Ramadan ini dengan hal sederhana yang bermanfaat sangat besar bagi kehidupan. Yuk, selektif berselancar di media sosial!

Nah bagaimana teman-teman? Sangat banyak kan kebaikan yang bisa dilakukan selama bulan Ramadan meski kita harus berada di rumah saja. Tak terasa bulan Ramadan akan segera meninggalkan kita. Segala hal harus kita syukuri, Ramadan kali ini benar-benar berbeda. Tetap jaga kesehatan, teruslah berdoa dan selalu berusaha! Ini ceritaku, mana ceritamu? Salam untuk teman-teman di seluruh Indonesia!

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Blog Competition "Ceritaku Dari Rumah" yang diselenggarakan oleh Ramadan Virtual Festival dari Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan"

#CeritakuDariRumah
#BlogCompetition
#DiRumahAja

Comments

  1. Memang ditengah adanya pandemi ini manusia dipaksa untuk beradaptasi sehingga muncul the new normal yg membuat manusia bertahan ditengan pandemi mulai dari beraktivitas dari rumah, belajar dirumah, kerja dari rumah hingga ibadah dirumah. Semua kita lakukan demi pandemi ini cepat berakhir. Mari kita ikuti semua protokol kesehatan dari pemerintah guna memutus rantai penyebaran covid-19. Dirumah bukan berarti tidak produktif. kita sudah sejauh ini, jangan sampai kalah hanya karena ego sekelompok orang. Indonesia terserah bukan berarti Indonesia menyerah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mantab bang, benar banget emang. Itu juga merupakan suatu kebaikn yang bisa kita lakukan. Dengan begitu kita bisa hidup sehat, aman, dan nyaman..

      Delete

Post a Comment